Malam ini Gadis ingin
mendongeng tentang kisah seorang putri Raja. Karena ceritanya putri
Raja, maka tentu saja oleh kerajaan sang putri difasilitasi semua
fasilitas sebagaimananya seorang putri raja. Kamar tidur yang elegan,
pakaian yang bagus, sepatu-sepatu dari bahan terbaik, perhiasaan,
pengawal. Apapun ada. Awalnya sang putri menikmati perannya, dimana
semua orang jadi terpesona padanya, banyak pangeran yang kemudian jatuh
hati dan berlomba-lomba merebut hati sang putri. Namun, kemudian sang
putri pun mulai bertanya-tanya di dalam hati, apakah penerimaan luar
biasa yang ia rasakan kini akan sama halnya seandainya ia bukanlah
seorang putri raja? Untuk memenuhi keingintahuannya, sang putri pun
memutuskan untuk keluar dari istana dengan menanggalkan semua atribut
kerajaannya.
Hanya pakaian lusuh dan sebuah keranjang rotan berisi bunga-bunga yang ia bawa. Ia ingin menjual bunga-bunga tersebut di pasar. Agar tidak ketahuan, maka ia pun bertingkah seperti layaknya rakyat biasa. Setelah seharian ia duduk di salah satu lorong di pasar, belum ada yang membeli bunga miliknya, mereka hanya melirik sebentar lalu pergi meninggalkannya. Jangankan membeli, menegurnya pun saja tidak. Alangkah sedihnya hati sang putri.
Ia pun berjalan menuju sungai di daerah perbatasan. Di dekat sungai tampak hamparan kebun bunga yang indah. Tak jauh darisana, ada seorang kakek tua, yang pakaiannya sama lusuhnya dengan yang dikenakan oleh sang putri, tengah duduk memandang ke arah kebun bunga tersebut. Sang putri pun mendekatinya. Si kakek awalnya hanya diam saja. Sang putri pun berusaha memulai pembicaraan dengan cara menawarkan bunga miliknya.
"Kek, apa kakek mau membeli bunga saya?"
Sang kakek pun melihat ke arah sang putri dan berkata,
"berapa satu tangkainya?"
"1 keping emas saja kek"
Lalu kemudian sang kakek pun tertawa,
"Hahaha... setangkai bunga kau hargai 1 keping emas?"
"Kenapa kek? apa terlalu mahal?, saya sudah berusaha menjual bunga-bunga ini seharian di pasar, tapi tidak ada yang mau membeli bunga saya kek, padahal tadi saya hanya menaruh harga 10 sen saja satu tangkainya."
"Lalu, mengapa kau rubah harganya?"
"Karena saya yakin, kakek juga tidak akan membeli bunga saya, karena saya melihat kakek tengah asyik memandangi kebun bunga itu, bunga-bunga itu milik kakek kan? dan andai pun kakek ingin membelinya, pasti kakek hanya akan membeli satu tangkai saja, karena kasihan melihat saya, ya kan kek? Oleh karena itu saya naikan harganya."
Sang kakek kemudian tertawa lebih keras lagi.
"Kebun bunga itu bukan milik kakek nak, kakek hanya penjaganya saja, yang membantu merawat mereka, lihatlah begitu indahnya bunga-bunga itu. Mereka hanya bisa tumbuh di dekat sungai ini nak, dekat dengan sumber air, di alam bebas yang jauh dari tangan-tangan para penjamah yang ingin memetik mereka hanya untuk hiasan dan lalu di buang. Disini mereka hidup dan berkembang. Menjadi dirinya sendiri, bunga kebun yang indah, Jadilah seperti bunga itu nak, mereka hidup dengan cara sederhana, memilih jadi bunga kebun saja, daripada bunga hiasan di dalam vas cantik sang pemilik rumah, yag bisa layu seketika ia tak dirawat dengan benar, mereka mampu mengindahkan hati siapa saja yang memandangnya. Meski berduri, itu hanya sebagai pengaman dari tangan-tangan jahil yang ingin menjamahnya. 1 keping emas untuk bunga milikmu, kakek masih mau membelinya, tapi satu keping emas untuk setangkai bunga di kebun itu, kakek tak akan mau menjualnya."
"Begitu berhargakah bunga-bunga itu kek? apa yang kakek dapat dengan merawat mereka? berapa upah yang kakek terima?"
"kebahagiaan dan ketenangan nak , itu sudah sangat lebih dari cukup, kakek tak butuh apapun lagi selain itu"
Sang Putri pun tertegun sesaat,
"Kek, bolehkah saya tinggal disini menemani kakek merawat bunga-bunga itu?, sepertinya saya sudah menemukan jawaban yang saya butuhkan"
Sang kakek hanya tersenyum,
"Boleh, tentu saja boleh, apapun yang kau simpulkan itu hanyalah milikmu sendiri, yang nanti bila kau benar akan tinggal disini, engkau harus menemukannya kembali "
Hanya pakaian lusuh dan sebuah keranjang rotan berisi bunga-bunga yang ia bawa. Ia ingin menjual bunga-bunga tersebut di pasar. Agar tidak ketahuan, maka ia pun bertingkah seperti layaknya rakyat biasa. Setelah seharian ia duduk di salah satu lorong di pasar, belum ada yang membeli bunga miliknya, mereka hanya melirik sebentar lalu pergi meninggalkannya. Jangankan membeli, menegurnya pun saja tidak. Alangkah sedihnya hati sang putri.
Ia pun berjalan menuju sungai di daerah perbatasan. Di dekat sungai tampak hamparan kebun bunga yang indah. Tak jauh darisana, ada seorang kakek tua, yang pakaiannya sama lusuhnya dengan yang dikenakan oleh sang putri, tengah duduk memandang ke arah kebun bunga tersebut. Sang putri pun mendekatinya. Si kakek awalnya hanya diam saja. Sang putri pun berusaha memulai pembicaraan dengan cara menawarkan bunga miliknya.
"Kek, apa kakek mau membeli bunga saya?"
Sang kakek pun melihat ke arah sang putri dan berkata,
"berapa satu tangkainya?"
"1 keping emas saja kek"
Lalu kemudian sang kakek pun tertawa,
"Hahaha... setangkai bunga kau hargai 1 keping emas?"
"Kenapa kek? apa terlalu mahal?, saya sudah berusaha menjual bunga-bunga ini seharian di pasar, tapi tidak ada yang mau membeli bunga saya kek, padahal tadi saya hanya menaruh harga 10 sen saja satu tangkainya."
"Lalu, mengapa kau rubah harganya?"
"Karena saya yakin, kakek juga tidak akan membeli bunga saya, karena saya melihat kakek tengah asyik memandangi kebun bunga itu, bunga-bunga itu milik kakek kan? dan andai pun kakek ingin membelinya, pasti kakek hanya akan membeli satu tangkai saja, karena kasihan melihat saya, ya kan kek? Oleh karena itu saya naikan harganya."
Sang kakek kemudian tertawa lebih keras lagi.
"Kebun bunga itu bukan milik kakek nak, kakek hanya penjaganya saja, yang membantu merawat mereka, lihatlah begitu indahnya bunga-bunga itu. Mereka hanya bisa tumbuh di dekat sungai ini nak, dekat dengan sumber air, di alam bebas yang jauh dari tangan-tangan para penjamah yang ingin memetik mereka hanya untuk hiasan dan lalu di buang. Disini mereka hidup dan berkembang. Menjadi dirinya sendiri, bunga kebun yang indah, Jadilah seperti bunga itu nak, mereka hidup dengan cara sederhana, memilih jadi bunga kebun saja, daripada bunga hiasan di dalam vas cantik sang pemilik rumah, yag bisa layu seketika ia tak dirawat dengan benar, mereka mampu mengindahkan hati siapa saja yang memandangnya. Meski berduri, itu hanya sebagai pengaman dari tangan-tangan jahil yang ingin menjamahnya. 1 keping emas untuk bunga milikmu, kakek masih mau membelinya, tapi satu keping emas untuk setangkai bunga di kebun itu, kakek tak akan mau menjualnya."
"Begitu berhargakah bunga-bunga itu kek? apa yang kakek dapat dengan merawat mereka? berapa upah yang kakek terima?"
"kebahagiaan dan ketenangan nak , itu sudah sangat lebih dari cukup, kakek tak butuh apapun lagi selain itu"
Sang Putri pun tertegun sesaat,
"Kek, bolehkah saya tinggal disini menemani kakek merawat bunga-bunga itu?, sepertinya saya sudah menemukan jawaban yang saya butuhkan"
Sang kakek hanya tersenyum,
"Boleh, tentu saja boleh, apapun yang kau simpulkan itu hanyalah milikmu sendiri, yang nanti bila kau benar akan tinggal disini, engkau harus menemukannya kembali "
1 komentar:
:)