click here
just
http://www.cbox.ws/admin.php?snippet
Cool Blue Outer Glow Pointer
  Rabu, 11 Desember 2013   0 komentar




Si penulis gila. Manusia aneh itu ku temukan di keheningan malam. Ia duduk menyender di dinding kayu di mushola tua yang hampir rubuh di dekat rumahku. Sepertinya, ia sedang khitmad menuliskan sesuatu.  Sesekali ku dengar ia tertawa dan kemudian kembali diam. Aku mendekatinya, berusaha menyapanya. Namun ia tak menjawab. Ia hanya menoleh sesaat dan kembali larut dalam tulisannya. Entah ia menyadari atau tidak keberadaanku. Aku pun memutuskan untuk duduk disebelahnya, dan kemudian mulai membaca apa yang sedang ia tuliskan.

Mungkin sudah waktunya kita memaknai hidup dengan benar. Dengan mencari tahu siapa sebenarnya diri kita ini dan apa tujuan kita hidup .  Setiap hari kita melakukan rutinitas yang hampir sama setiap harinya. Bagun tidur, mandi, dan lalu pergi ke tempat rutinitas masing-masing, kemudian di sore harinya pulang kembali ke rumah, makan, dan lalu tidur kembali. Tapi apakah memang benar kita hidup hanya untuk melakukan rutinitas-rutinitas tersebut?
Rutinitas mencari uang, uang dikumpulkan untuk membeli  makanan, usai di makan lalu dibuang melalui kotoran. Mencari uang untuk membeli pakaian mewah, dan bermerek yang bila masanya habis akan kusam dan tidak bisa dipakai lagi. Membeli rumah, yang bila mati akan ditinggalkan, dan tidak ditempati lagi. Jadi apa yang benar-benar kita miliki dari segala rutinitas pencarian kita itu?

Tulisannya terdengar begitu mengenyampingkan dunia. Ternyata masih ada manusia sepertinya. Ku menatapnya setelah ia kemudian melanjutkan sebuah kalimat dengan diakhiri tanda seru.

Sebenarnya tak ada yang benar-benar kita miliki!

Kalimat ini cukup menyentakku beberapa detik.  

Bahkan diri kita sendiri. Sekuat tenaga pun kita berusaha, mencari dan menggenggamnya  untuk kita miliki. Namun, tak kan pernah benar-benar kita miliki. Karena hanya ada satu Sang Pemilik sejati , dan Ia lah yang seharusnya kita cari dalam setiap rutinitas semasa hidup kita ini. Agar pencarian kita tidak bermuara  hanya pada materi-materi yang bersifat fana dan sementara. Dan jelas tidak akan membuat hidup kita berarti.


Aku, Engkau pinjami  tubuh ini.
Aku bahkan tak memiliki apa-apa sejak kehidupanku Engkau awali
Semua hanyalah titipanMu.
Begitu pula dengan istri, anak, dan semua yang Engkau adakan untukku.
Ini semua hanyalah titipanMu Tuan Sang Maha Raja. Engkaulah pemiliknya.
Dengan KemurahanMu, Engkau telah ridho untuk menitipkannya padaku.
Padaku yang jauh dari pantas untuk semua titipan itu.
Aku mohon ampun padaMu, Engkau Maha Tahu bahwa aku bukanlah sebaik-baiknya penjaga, bukan sebaik-baiknya pemelihara.
Jika Kau biarkan aku tanpa petunjukMu, sungguh aku tak akan mampu.
Tolong aku, berilahku petunjukMu.
Wahai Tuan Sang Maha Raja...
Segalanya adalah Engkau, karena KeMahaBesaranMu, Engkau meliputi segalanya.
Segalanya datang dariMu dan kembali pun padaMu, karena Engkau yang Mengawali dan Mengakhirinya,
lalu dimana kedudukanku?
Aku  hanyalah makhluk yang menjadi ada atas kehendakMu, sehingga ku tak berkehendak atas diriku sendiri,
aku hanyalah karya cipta yang mengikuti kehendak penciptanya, dan inilah aku,
hambaMu Wahai Tuan Sang Maha Raja.

Aku kemudian menatapnya dengan sungguh, ia seperti tengah hanyut dalam tulisannya. Ia masih saja terus menulis. Sesekali ku tersandar ke dinding kayu itu, mengelus dada, tak semua yang mampu kubaca, karena kalimat-kalimat yang ia tuliskan ibarat sihir yang menggetarkan hatiku. Si penulis gila ini telah menyentakku dengan kegilaannya. Tapi aku akan tetap disini. Biarlah dulu begini, hingga ku paham sendiri, dan atau ia yang akan menjelaskannya nanti, setelah  ia menyelesaikan tulisannya dan menyadari aku ada disini.

0 komentar:

Leave a Reply

Blogger templates

25. Diberdayakan oleh Blogger.