click here
just
http://www.cbox.ws/admin.php?snippet
Cool Blue Outer Glow Pointer
  Kamis, 12 Desember 2013   1 komentar

Malam ini Gadis ingin mendongeng tentang kisah seorang putri Raja. Karena ceritanya putri Raja, maka tentu saja oleh kerajaan sang putri difasilitasi semua fasilitas sebagaimananya seorang putri raja. Kamar tidur yang elegan, pakaian yang bagus, sepatu-sepatu dari bahan terbaik, perhiasaan, pengawal. Apapun ada. Awalnya sang putri menikmati perannya, dimana semua orang jadi terpesona padanya, banyak pangeran yang kemudian jatuh hati dan berlomba-lomba merebut hati sang putri. Namun, kemudian sang putri pun mulai bertanya-tanya di dalam hati, apakah penerimaan luar biasa yang ia rasakan kini akan sama halnya seandainya ia bukanlah seorang putri raja? Untuk memenuhi keingintahuannya, sang putri pun memutuskan untuk keluar dari istana dengan menanggalkan semua atribut kerajaannya.

Hanya pakaian lusuh dan sebuah keranjang rotan berisi bunga-bunga yang ia bawa. Ia ingin menjual bunga-bunga tersebut di pasar. Agar tidak ketahuan, maka ia pun bertingkah seperti layaknya rakyat biasa. Setelah seharian ia duduk di salah satu lorong di pasar, belum ada yang membeli bunga miliknya, mereka hanya melirik sebentar lalu pergi meninggalkannya. Jangankan membeli, menegurnya pun saja tidak. Alangkah sedihnya hati sang putri.

Ia pun berjalan menuju sungai di daerah perbatasan. Di dekat sungai tampak hamparan kebun bunga yang indah. Tak jauh darisana, ada seorang kakek tua, yang pakaiannya sama lusuhnya dengan yang dikenakan oleh sang putri, tengah duduk memandang ke arah kebun bunga tersebut. Sang putri pun mendekatinya. Si kakek awalnya hanya diam saja. Sang putri pun berusaha memulai pembicaraan dengan cara menawarkan bunga miliknya.

"Kek, apa kakek mau membeli bunga saya?"
Sang kakek pun melihat ke arah sang putri dan berkata,
"berapa satu tangkainya?"
"1 keping emas saja kek"
Lalu kemudian sang kakek pun tertawa,
"Hahaha... setangkai bunga kau hargai 1 keping emas?"
"Kenapa kek? apa terlalu mahal?, saya sudah berusaha menjual bunga-bunga ini seharian di pasar, tapi tidak ada yang mau membeli bunga saya kek, padahal tadi saya hanya menaruh harga 10 sen saja satu tangkainya."
"Lalu, mengapa kau rubah harganya?"
"Karena saya yakin, kakek juga tidak akan membeli bunga saya, karena saya melihat kakek tengah asyik memandangi kebun bunga itu, bunga-bunga itu milik kakek kan? dan andai pun kakek ingin membelinya, pasti kakek hanya akan membeli satu tangkai saja, karena kasihan melihat saya, ya kan kek? Oleh karena itu saya naikan harganya."
Sang kakek kemudian tertawa lebih keras lagi.
"Kebun bunga itu bukan milik kakek nak, kakek hanya penjaganya saja, yang membantu merawat mereka, lihatlah begitu indahnya bunga-bunga itu. Mereka hanya bisa tumbuh di dekat sungai ini nak, dekat dengan sumber air, di alam bebas yang jauh dari tangan-tangan para penjamah yang ingin memetik mereka hanya untuk hiasan dan lalu di buang. Disini mereka hidup dan berkembang. Menjadi dirinya sendiri, bunga kebun yang indah, Jadilah seperti bunga itu nak, mereka hidup dengan cara sederhana, memilih jadi bunga kebun saja, daripada bunga hiasan di dalam vas cantik sang pemilik rumah, yag bisa layu seketika ia tak dirawat dengan benar, mereka mampu mengindahkan hati siapa saja yang memandangnya. Meski berduri, itu hanya sebagai pengaman dari tangan-tangan jahil yang ingin menjamahnya. 1 keping emas untuk bunga milikmu, kakek masih mau membelinya, tapi satu keping emas untuk setangkai bunga di kebun itu, kakek tak akan mau menjualnya."
"Begitu berhargakah bunga-bunga itu kek? apa yang kakek dapat dengan merawat mereka? berapa upah yang kakek terima?"
"kebahagiaan dan ketenangan nak   , itu sudah sangat lebih dari cukup, kakek tak butuh apapun lagi selain itu"
Sang Putri pun tertegun sesaat,
"Kek, bolehkah saya tinggal disini menemani kakek merawat bunga-bunga itu?, sepertinya saya sudah menemukan jawaban yang saya butuhkan"
Sang kakek hanya tersenyum,
"Boleh, tentu saja boleh, apapun yang kau simpulkan itu hanyalah milikmu sendiri, yang nanti bila kau benar akan tinggal disini, engkau harus menemukannya kembali  "

  Rabu, 11 Desember 2013   0 komentar




Si penulis gila. Manusia aneh itu ku temukan di keheningan malam. Ia duduk menyender di dinding kayu di mushola tua yang hampir rubuh di dekat rumahku. Sepertinya, ia sedang khitmad menuliskan sesuatu.  Sesekali ku dengar ia tertawa dan kemudian kembali diam. Aku mendekatinya, berusaha menyapanya. Namun ia tak menjawab. Ia hanya menoleh sesaat dan kembali larut dalam tulisannya. Entah ia menyadari atau tidak keberadaanku. Aku pun memutuskan untuk duduk disebelahnya, dan kemudian mulai membaca apa yang sedang ia tuliskan.

Mungkin sudah waktunya kita memaknai hidup dengan benar. Dengan mencari tahu siapa sebenarnya diri kita ini dan apa tujuan kita hidup .  Setiap hari kita melakukan rutinitas yang hampir sama setiap harinya. Bagun tidur, mandi, dan lalu pergi ke tempat rutinitas masing-masing, kemudian di sore harinya pulang kembali ke rumah, makan, dan lalu tidur kembali. Tapi apakah memang benar kita hidup hanya untuk melakukan rutinitas-rutinitas tersebut?
Rutinitas mencari uang, uang dikumpulkan untuk membeli  makanan, usai di makan lalu dibuang melalui kotoran. Mencari uang untuk membeli pakaian mewah, dan bermerek yang bila masanya habis akan kusam dan tidak bisa dipakai lagi. Membeli rumah, yang bila mati akan ditinggalkan, dan tidak ditempati lagi. Jadi apa yang benar-benar kita miliki dari segala rutinitas pencarian kita itu?

Tulisannya terdengar begitu mengenyampingkan dunia. Ternyata masih ada manusia sepertinya. Ku menatapnya setelah ia kemudian melanjutkan sebuah kalimat dengan diakhiri tanda seru.

Sebenarnya tak ada yang benar-benar kita miliki!

Kalimat ini cukup menyentakku beberapa detik.  

Bahkan diri kita sendiri. Sekuat tenaga pun kita berusaha, mencari dan menggenggamnya  untuk kita miliki. Namun, tak kan pernah benar-benar kita miliki. Karena hanya ada satu Sang Pemilik sejati , dan Ia lah yang seharusnya kita cari dalam setiap rutinitas semasa hidup kita ini. Agar pencarian kita tidak bermuara  hanya pada materi-materi yang bersifat fana dan sementara. Dan jelas tidak akan membuat hidup kita berarti.


Aku, Engkau pinjami  tubuh ini.
Aku bahkan tak memiliki apa-apa sejak kehidupanku Engkau awali
Semua hanyalah titipanMu.
Begitu pula dengan istri, anak, dan semua yang Engkau adakan untukku.
Ini semua hanyalah titipanMu Tuan Sang Maha Raja. Engkaulah pemiliknya.
Dengan KemurahanMu, Engkau telah ridho untuk menitipkannya padaku.
Padaku yang jauh dari pantas untuk semua titipan itu.
Aku mohon ampun padaMu, Engkau Maha Tahu bahwa aku bukanlah sebaik-baiknya penjaga, bukan sebaik-baiknya pemelihara.
Jika Kau biarkan aku tanpa petunjukMu, sungguh aku tak akan mampu.
Tolong aku, berilahku petunjukMu.
Wahai Tuan Sang Maha Raja...
Segalanya adalah Engkau, karena KeMahaBesaranMu, Engkau meliputi segalanya.
Segalanya datang dariMu dan kembali pun padaMu, karena Engkau yang Mengawali dan Mengakhirinya,
lalu dimana kedudukanku?
Aku  hanyalah makhluk yang menjadi ada atas kehendakMu, sehingga ku tak berkehendak atas diriku sendiri,
aku hanyalah karya cipta yang mengikuti kehendak penciptanya, dan inilah aku,
hambaMu Wahai Tuan Sang Maha Raja.

Aku kemudian menatapnya dengan sungguh, ia seperti tengah hanyut dalam tulisannya. Ia masih saja terus menulis. Sesekali ku tersandar ke dinding kayu itu, mengelus dada, tak semua yang mampu kubaca, karena kalimat-kalimat yang ia tuliskan ibarat sihir yang menggetarkan hatiku. Si penulis gila ini telah menyentakku dengan kegilaannya. Tapi aku akan tetap disini. Biarlah dulu begini, hingga ku paham sendiri, dan atau ia yang akan menjelaskannya nanti, setelah  ia menyelesaikan tulisannya dan menyadari aku ada disini.

    0 komentar

Sahabat, pernahkah ada sebersit harap di hatimu, untuk melabuhkan asa dan menyandarkan hatimu pada satu sosok? Pernahkah ada sebuah rasa yang meluap-luap bagaikan banjir bandang yang tertahan di balik wajahmu yang merona? Pernahkah ada sebuah rasa yang begitu dahsyat yang begitu sulit engkau tahan dan kemudian binar matamu tak sanggup menyembunyikan itu semua? Pernahkah engkau rasakan demikian, sahabat? Meski kemudian engkau tahu, bahwa rasa-rasa itu adalah sesungguhnya bukan pada sosok yang layak, dan belum dihalalkan-Nya, lalu kemudian mati-matian engkau coba lenyapkan dari segala bilik memorimu? Pernahkah?

Kemudian, pada saat yang tak terduga, saat harap-harapmu itu seperti singsingan fajar yang semakin meninggi dan kemudian menjadi mentari pagi di ufuk timur yang kian mencerah, kau dihadapkan pada sesuatu yang bagimu lebih dahsyat dari hancurnya katai putih menjadi supernova. Harapan dan asa yang kau rajut tiba-tiba saja buyar seketika. Tiba-tiba saja mentari yang baru saja menyingsing di ufuk timur, dengan segera tenggelam seketika. Kau merasa gelap. Harapanmu itu kandas seperti bergantinya mentari dengan gelapnya sang malam tanpa rembulan. Semangatmu meredup. Harapanmu lenyap. Lalu, engkau menderita sebab langit asamu tiba-tiba saja mendung dan memuntahan hujan deras.

Ah, sahabat. Kau sedang dirundung kedukaan. Tapi, engkau tak boleh lupa satu hal, bahwa CINTAMU TAK PERNAH BERTEPUK SEBELAH TANGAN! Ya, sekali lagi, cintamu tak pernah bertepuk sebelah tangan. Sungguh, tak pernah. 

Sebab, mungkin saja harap-harap itu telah membuatmu lupa bahwa ada banyak lokus cinta yang ada di sekelilingmu. Cinta tulus, yang tak pernah ada pamrih sedikitpun, tercurah untukmu, di saat engkau (mungkin) mengejar cinta yang bahkan bukan selayaknya untuk kau kejar!

Cobalah kembali kita insafi sejenak. Sungguh ada banyak cinta di sekeliling kita, tulus teruntuk buat kita, yang mungkin ambang dalam hati kita sebab satu lokus harap itu sudah tersandar bulat-bulat padanya. Cinta dari sahabat-sahabat kita, saudara saudari kita. Mereka yang merengkuh pundak-pundak kita dengan hangat. Berbagi kedukaan dan berbagi canda tawa dengan kita. Adakah pantas untuk terlupakan?

Ada lagi, curahan cinta yang lebih dahsyat dari itu. Bahkan, ia pertaruhkan nyawa demi kehidupan kita. Sungguh, cinta yang takkan pernah terbalaskan oleh diri kita. Ialah cinta ibu dan ayah kita. Lalu, apakah masih ada alasan bagi kita untuk lupa dengan segenap cinta yang begitu dahsyat ini dan masih merelakan separuh hati kita, bahkan untuk seseorang yang tak layak menurut-Nya? Cobalah sejenak kembali kita selami. Bukankah beliau berdua tak pernah rela membiarkan sedikitpun ada beban penderitaan di hati kita? Saat kita bahkan lebih euphoria menerima SMS dia dari pada beliau berdua? Saat sebagian alam fikir kita justru tersedot pada seseorang yang belum tentu terbaik buat diri kita, dan lupa akan segala cinta dahsyat dari ayah bunda kita? Bukankah beliau telah berkorban segalanya untuk kita? Memberikan yang terbaik untuk kita. Berbahagia dengan kebahagiaan kita, melebihi kebahagiaan diri beliau sendiri. Apakah kita lupa itu? Ingatkah kita, ketika beliau lebih rela kekurangan, lebih rela untuk tidak enak, hanya demi diri kita agar tidak kekurangan dan merasa lebih enak? Ingkatkah kita, ketika beliau senantiasa bersusah payah, lelah dan penat tetapi tak pernah beliau keluhkan itu? Bahkan, ketika kita bertanya, “adakah engkau lelah, Bunda?” beliau masih saja menjawab “tidak, anakku” padahal tubuh itu sudah begitu gemetaran? Aaah…, sungguh, mungkin kita lupa, ketika kita mengejar cinta yang belum tentu Alloh halalkan untuk diri kita. Lupakah kita akan hal itu?

Sahabat, bersyukurlah…bahwa engkau jauh lebih beruntung dikaruniai kasih dan cinta yang tak terbatas? Kita jauh lebih beruntung dari pada segenap anak-anak lainnya yang sama sekali tak merasakan dahsyatnya cinta luar biasa ini. Anak-anak yang tak pernah merasakan betapa bersahajanya belaian seorang ibu? Lalu, masihkah kita sanggup berkata, bahwa cinta kita bertepuk sebelah tangan?

Di atas itu semua, masih lagi ada cinta yang Maha Dahsyat! Cinta Sang Maha Pemilik Cinta. Kita, yang senantiasa melakukan dosa di hadapan-Nya, tapi, Dia masih membentangkan segenap keampunan. Masih mencurahkankan segenap Rahman dan Rahim-Nya pada diri kita yang dhaif ini. Dia yang sungguh jauh lebih dekat dengan kita. Bahkan, dia itu, tentulah tak lebih bandingannya dengan sebiji dzarrah dibandingkan luasnya semesta. Bahkan ia lebih kecil dari pada itu. Lalu, adakah kita lupa akan hal ini? Ah, sungguh…cinta kita tak pernah bertepuk sebelah tangan. Tak pernah…

Sahabat…
Sungguh, ada cinta-Nya yang Maha Indah yang lebih patut untuk kita kejar. Sungguh, dia itu bukan apa-apa. Bahkan, BELUM TENTU dia adalah sebaik-baik pilihan-Nya buat diri kita. Berhentilah melabuhkan harap pada manusia yang sama dhaifnya dengan diri kita. Berhentilah menyandarkan hati pada sosok yang belum tentu Dia ridhoi untuk membersamai kita. Sedangkan cinta-Nya dan kasih sayang-Nya, adalah sesuatu yang PASTI meliputi semua hamba-Nya, bahkan setelah kita bermaksiat sekalipun. Sungguh, ampunan-Nya lebih luas dari samudera, kendati pun dosa-dosa kita juga sebanyak air di lautan. Lalu, masihkah kita rela menukar cinta yang banyak dengan cinta yang sedikit? Tentu kita tak ingin merugi, bukan? 

Sahabat, mari, kita saling mengingatkan…Mari kita mengejar cinta-Nya. Yaah, cukuplah pada-Nya saja kita labuhkan segenap harap. Dia paling tahu apa yang terbaik bagi diri kita, jauh melebihi kita. Bahkan kita tak tahu apa-apa…

  Minggu, 08 Desember 2013   0 komentar

Hadis Rasullulah mengatakan, “Nasihatilah perempuan dengan cara yang baik! Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, sementara yang paling bengkok itu bagian teratasnya. Jika engkau bersikeras meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok selamanya. Maka nasihatilah perempuan dengan cara yang baik!” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Abi Syaibah, dan Baihaqi)
Mengapa Rasullulah sampai khusus membahas masalah ini?
Kedudukan perempuan dimata Allah adalah sama dengan laki-laki dalam hal keimanan. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, bukan berarti perempuan itu bersifat bengkok (jelek). Ini hanya masalah fungsi saja, dimana laki-laki dan perempuan memiliki fungsi yang berbeda.
Mengapa dari tulang rusuk yang bengkok? Bukankah masih ada tulang yang lain yang lurus. Jika saja dari tulang yang lurus maka akan sempitlah dadanya, karena itu keberadaan perempuan dapat memberi kenyamanan dimana ia berada.
Coba kita tengok bentuk tulang rusuk yang bengkok itu, ia berfungsi sebagai kerangka yang menyusun kekuatan tubuh. Jadi perempuan itu juga bagian yang dapat membangun dan menegakkan kehidupan. Dengan tulang rusuk yang bengkok maka banyak organ-organ yang lunak terlindung. Sama halnya dengan perempuan,ia dapat menjaga kehidupan keluarganya, anak-anaknya yang masih lemah.
Bengkoknya bukanlah bentuk kelemahan perempuan, karenanya Rasulullah mengatakan untuk menasihati perempuan secara baik-baik. Hal ini untuk menjaga agar jiwa perempuan tidak patah,sehingga dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai ibu, istri, maupun sebagai insan perempuan itu sendiri.
Karena tugasnya itulah perempuan diberi kekuatan oleh Allah.

Allah telah memberikan kekuatan pada perempuan, karena ditangannya akan terlahir penerus keturunan.
Anak yang baik terlahir dari kehebatan seorang ibu yang mengasuh dan membesarkannya.
Di balik kesuksesan suami, ada istri yang hebat yang mendampinginya.
Sejatinya wanita harus di perlakukan dengan baik, agar jiwanya terbangun dengan kasih sayang dan kesabaran. Kasih dan sayang sepanjang waktu dalam mendampingi anak-anak dan keluarganya tanpa perasaan tersakiti. Sehingga di harapkan perempuan dapat menjalankan fungsinya dengan baik di dalam keluarga maupun masyarakat..

Surah An-Nisa’ dibuka dengan ayat,
" Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.“ (An-Nisa’:1)

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa dari jiwa yang satu, Allah menciptakan pasangannya. Qatadah dan Mujahid rahimahumallah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jiwa yang satu adalah nabi Adam ‚alaihissalam, sedangkan pasangannya adalah Hawa. Qatadah mengatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. (Tafsir Ath-Thabari, 3/565, 566).

Dalam hadist shahih disebutkan:
" Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang namun padanya ada kebengkokan.“(HR. Al-Bukhori no 3331 dan Muslim no. 3632)

Sedangkan secara medis, dari struktur anatomi tulang rusuk, jumlah iganya antara laki-laki dan wanita sama; 7 iga sejati, 3 iga semu, 2 iga melayang, sehingga jumlah totalnya 12. Tulang rusuk berbentuk panjang agak pipih dan kedua ujung tulangnya merupakan tulang rawan, mungkin karena sifatnya, maka mudah patah bila dibengkokkan. Penjelasan secara medis ini menunjukkan bahwa antara laki-laki dan wanita mempunyai struktur dan jumlah tulang rusuk yang sama, dan karena pada bagian ujungnya berupa tulang rawan maka mudah sekali patah apabila dibengkokkan (sesuai dengan hadist diatas).

Dengan apa manusia setelah Nabi Adam dan Hawa diciptakan?
Berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Mu’minun,
" Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.“(Al-Mu’minun:14)

Dalam Surat Yaasiin,
" Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! ”(Yaasiin:77)

Dalam surat Al-Insaan,
" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (Al-Insaan:2)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia(laki-laki dan wanita) yang ada setelah Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa diciptakan Allah dari setetes mani yang bercampur (antara laki-laki dan wanita) sesuai dengan firman Allah diatas. Sedangkan yang diciptakan dari tulang rusuk adalah Hawa dari tulang rusuknya Nabi Adam ‘alaihissalam, sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa’ dan hadist shahih, serta penjelasan secara medis mengenai struktur dan komposisi tulang rusuk manusia.

Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)
Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”
Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.

Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan. Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).” (HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80)

Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.

Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs. An-Najm:4)

Sumber:Majmu Fatawa wa Maqadat Mutanawwi’ah juz 5 hall 300-301, Syaikh Ibn Baaz Fatwa fatwa Terkini Jilid 1 Bab Perlakuan Terhadap Istri penerbit Darul Haq


wallahu'alam bishawab....

  Kamis, 06 Juni 2013   5 komentar

Oleh : Dr. Huwayda Ismaeel (Diterjemahkan dari artikel berbahasa Inggris)


ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama, apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam? Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah!
Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam beserta seluruh hukumnya. Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAWW yang suci. Jadi kesimpulannya disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla  termulia, Rasulullah SAWW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; "Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT." (Ahmad)
Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak . . " (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman; " dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya...(QS. Luqman : 15) Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah SWT tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama; "dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar
Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai jilbab.

Saudari ini mungkin sati diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau sebaliknya, ia seorang penipu yang mengatasnamakan lingkungan pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab. Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur. "Apakah anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan kematianmu?"

Bukankah Allah SWT telah berfirman; "maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (QS An-Nahl : 43). Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus
keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita.

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala
permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman; "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.."(QS. AtTalaq :2-3). Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita
kenakan, apakh mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah kalimat
Allah; "sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu.."(QS. Al-Hujurat:13).Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang sedikit pada benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.


ALASAN IV : Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya memakai jilbab.

Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan; "api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui.."(QS At-Taubah : 81)Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku, syetan telah mencoba membuat talli besar untuk menarikmu dari panasnya bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah SWTakan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; "mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah"(QS. AN-NABA 78:24-25). Kesimpulannya, surga yang Allah SWT janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan
kenikmatan.

ALASAN V : Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang begitu.

Kepada saudari itu saya berkata, "apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena
mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka tekut tidak dapat menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya. Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan memblokade petunju bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban memakai
jilbab? Rasulullah SAWW bersabda; "Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil."
Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh padanya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman; "maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa"(QS. AL BAQARAH 2:66) Kesimpulannya, apabila kau memgang teguh petunjuk dan merasakan manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah SWT setelah kau melaksanakannya.

ALASAN VI : Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku akan memakainya nanti setelah menikah.

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah SWT. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap tipe suami seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan bahkan di akhirat nanti. Allah SWT bersabda; "dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"(QS. TAHA 20:124) Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?

Apabila engkau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan. Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni,
tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula.
Dalam syariat Islam kita menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai  sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan kebodohan.

ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah SWT : "dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)"(QS.Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat : "janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya"(QS An-Nur 24: 31] dan sabda Allah SWT:  "katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya.." (QS Al-Ahzab 33:59). Dengan pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah
sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT, yang disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi kita adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan
hijab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?



ALASAN VIII : Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat
bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan
usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 1:6 "Tunjukilah kami jalan yang lurus" serta berkumpul mencari pengetahuan kepada
muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan jilbab? Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX :  Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan saja Allah SWT berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat
kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan Allah SWT bersabda; "tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat
(pula) memajukannya" (QS Al-An'aam 7:34] saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah SWT; "berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumu.."(QS Al-Hadid 57:21) saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik, "dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan  mereka lupa kepada diri mereka sendiri" (QS Al-Hashr 59: 19) saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Karena Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti. Kesimpulannya, berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang, karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari.

ALASAN X : Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!

Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk (hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila  kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam kelompok Allah SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.

#Nah. Masih ada alasan? ^^
NB: Postingan untuk mengingatkan diri pribadi

  Selasa, 07 Mei 2013   0 komentar

Kawan, pernahkah kau merasa, atau berpikir semisal ini :"Alangkah bahagianya dia, dan betapa beruntungnya dia, betapa banyak kesuksesan dalam hidupnya, banyak orang mengaguminya, berderet prestasi telah dia raih, dan seterusnya?"Ada sosok-sosok yang engkau kagumi, yang lebih (terlihat) sukses, lebih baik dan cerdas yang kemudian membuat kau merasa tidak lebih beruntung dari dia?!

Ah, percayalah kawan, setiap orang yang lihat LEBIH darimu itu belumlah tentu memiliki apa yang LEBIH dari dirimu.Percayalah kawan, bahwa kau juga sesungguhnya memiliki sisi terbaik yang belum tentu dimiliki oleh orang yang kagumi itu.Kawan, jika sempat ada rerasa rendah dalam dirimu, maka enyahkanlah segera! Bukan maksud untuk berbangga diri tentunya. Tapi, untuk meyakinkan bahwa kau tak serendah yang kau kira.Maka, mengoptimalkan apa yang kau miliki adalah lebih baik dari pada meratapi apa yang tak kau punya.Percayalah, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi lebih baik! Percayalah, Allah pasti takkan pernah sia-sia terhadap hamba-Nya... Man Jadda wajada. Allah takkan pernah merubah nasibmu, sebelum engkau sendiri yang memiliki azzam terkokoh untuk menjadikan diri lebih baik....

Tak udah bersedih atas sesuatu yang luput darimu...Jangan pernah putus asa, atas kegagalan-kegagalan yang yang pernah menyinggahi hidupmu...Dan bersabarlah atas ketetapan-Nya yang tak pernah kau ingini....karena setiap kesulitan yang engkau hadapi itu selalulah Dia sediakan kemudahan.Jangan menyerah dengan keterpurukan, dan justru jadikan ia sebagai pemantik agar kau lebih baik lagi....

Kawan, kuberitakan padamu, bahwa aku menjumpai hal yang sama sekali tak ingin aku hadapi. Harapan-harapan yang lenyap, tak pernah bertemu wujud nyatanya, dan berhadapan dengan sesuatu yang sama sekali tak pernah kuingini kehadirannya. Aku terjatuh. Aku merasa menjadi orang yang paling merana. Tapi tidak... Tidak selamanya demkiian. Sebab segalanya harus dikembalikan kepada prinsip bahwa Dia Pasti senantiasa Memberikan Ujian sebatas kemampuanku saja. Memang tak mudah untuk berlapang hati. Tapi, kita BISA. Dengan demikian, sempitnya dunia yang terlihat di hadapan kita akan menjadi luas. Bahkan jalan yang tak pernah kita dugakan, kemudian hadir memberikan kita kemudahan... Tetaplah berprasangka baik atas takdir-takdir-Nya. Bahkan setidak ingin apapun kita mendapatinya. Akan tetapi, jika memang ia datang pada kehidupan kita, maka percayalah Bahwa SETIAP APAPUN KEJADIAN, pasti Dia sediakan seluas-luasnya hikmah! Sekali lagi, Allah tak akan sia-sia pada hamba-Nya....

Meski, terasa berat ujian dari-Nya, percayalah, hanya orang-orang yang sanggup lah yang dapat melewatinya. Bahkan Allah percaya, bahwa diri kita sanggup. Lantas mengapa kita tak percaya pada kesanggupan diri kita, sedang Dia percaya.

Tetap semangaaattt!!Hadapi dengan sabar. Dan yakinlah, bahwa seburuk-buruknya keadaan, tetap saja menyediakan pelangi kehidupan yang indah. Jika hari ini, rezekimu sempit, atau kau menderita sakit yang melemahkanmu, maka percayalah bahwa Dia Maha Kaya yang akan mencukupkan keperluanmu.

Oh iya kawan, nasihat ini tentu saja aku tujukan pertama kali untuk diriku sendiri. Semoga juga untukmu...

  Sabtu, 06 April 2013   0 komentar

Abdullah bin Mas’ud adalah Sahabat Nabi Muhammad SAW. Abdullah bin Mas’ud termasuk dalam golongan pertama yang masuk Islam (as-sabiquna al-awalun). Ia memiliki kepandaian dan pengetahuan yang mendalam tentang Islam. Ia memperoleh umur yang panjang dan hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan dan meninggal yang disebabkan usia yang tua.
Masyarakat di sekitarnya memanggilnya Ibn Umm Abd atau putra dari budak wanita. Namanya sendiri adalah Abdullah dan nama ayahnya adalah Mas’ud. Dia adalah sahabat Rasulullah SAW yang ketika kecil merupakan penggembala kambing milik salah satu ketua adat Bani Quraisy bernama Uqbah bin Muayt.
Suatu hari, ia mendengar kabar tentang kenabian Rasulullah. Namun Abdullah tidak tertarik dan tidak ingin tahu mengingat usianya yang masih kecil. Selain itu, ia memang jauh dari komunitas masyarakat Makkah, karena pekerjaannya sebagai penggembala kambing, yang terbiasa berangkat pagi dan pulang petang hari.
Suatu hari, ketika ia tengah menjaga ternaknya, ia melihat dua orang pria paruh baya bergerak mendekatinya dari kejauhan. Mereka terlihat lelah, dan sangat kehausan. Mereka kemudian berjalan ke arahnya, memberikan salam dan memintanya memerah susu kambing yang ia gembalakan sehingga mereka dapat minum. Namun Abdullah berkata ia tidak bisa memberikannya kepada mereka. “Kambing-kambing ini bukan milikku, saya hanya memeliharanya,” ujarnya jujur. Mendapat jawaban seperti itu, kedua pria ini tidak memberikan bantahan. Meskipun mereka sangat kehausan, namun mereka sangat senang dengan jawaban jujur dari sang bocah penggembala ini. Kegembiraan ini terlihat jelas dari wajah mereka. Di lubuk hati Abdullah, ia juga mengagumi tamunya.
Kedua pria tadi tidak memungkiri apa yang dikatakan oleh bocah ini, dan tampak dari wajahnya bahwa mereka menerima alasan bocah itu. Lalu salah seorang di antara mereka berkata kepada bocah tadi, “Tunjukkan kepadaku seekor domba jantan!” Maka bocah tersebut menunjuk ke arah seekor domba kecil yang ada di dekatnya. Lalu pria tadi menghampiri dan menangkapnya. Ia mengusap puting kambing dengan tangannya sambil membaca nama Allah. Bocah tadi mengamati apa yang dilakukan pria ini dengan penuh keheranan. “Bagaimana mungkin seekor domba jantan kecil dapat mengeluarkan susu?!” gumamnya.
Akan tetapi, puting susu kambing itu tiba-tiba menggelembung, lalu keluarlah susu yang begitu banyak darinya. Lalu pria yang lain mengambil sebuah batu kering dari tanah. Kemudian batu tersebut diisinya dengan susu. Dan keduanya minum dengan batu tersebut. Lalu keduanya memberikan susu itu kepadaku untuk diminum. Aku hampir saja tidak mempercayai apa yang baru saja kulihat. Setelah kami merasa puas. Pria yang mendapatkan berkah dengan susu kambing tadi berkata: “Berhentilah!” Maka berhentilah susu tersebut sehingga puting kambing kembali seperti sedia kala.
Pada saat itu, aku berkata kepada manusia yang penuh berkah tadi: “Ajarkan aku ucapan yang kau baca tadi!” Ia menjawab: “Engkau adalah seorang bocah yang terpelajar!” Peristiwa tersebut adalah awal mula Abdullah bin Mas’ud mengenal Islam. Karena pria yang penuh berkah tadi tiada lain adalah Rasulullah SAW, dan sahabat yang menyertainya saat itu adalah Abu Bakar.
Pada hari itu mereka berdua pergi menuju lereng-lereng Makkah, karena  menghindari penyiksaan oleh suku Quraisy. Tak lama berselang dari peristiwa itu, Abdullah bin Mas’ud menyatakan masuk Islam dan menyerahkan dirinya kepada Rasulullah SAW untuk membantu Beliau. Maka Rasulullah SAW menjadikan dia sebagai pembantunya.
Abdullah bin Mas’ud menerima pelatihan kerumahtanggaan yang istimewa dari Rasul. Dia senantiasa berada di bawah pengawasan Rasul, karenanya ia meniru semua kebiasaan dan mengikuti setiap apa yang dikerjakan Rasulullah.

Kepribadian beliau :
Beliau adalah sahabat Rasulullah yang sangat lembut, sabar dan cerdik. Abdullah termasuk ulama pandai, sehingga dikatakan sebagai al-Imam al-Hibr (pemimpin yang alim, yang saleh). Faqihu al-Ummah (Fakihnya umat). Ia termasuk sebaik-baik manusia dalam berpakaian putih.
Beliau adalah sahabat yang senang dengan ilmu, baik menimba ilmu atau mengamalkannya. Sehingga dinyatakan, bahwa di awal keislamannya, yang dinginkan adalah diajari Al-Quran. Sehingga dalam suatu pertemuan dengan Rasulullah berkat kecemerlangan akalnya lansung bisa menimba ilmu dari lisan Rasulullah sebanyak 70 ayat. Karena senangnya terhadap ilmu, bahwa orang yang pertama kali men-jahr-kan Al-Quran di Makkah setelah Rasulullah adalah Ibnu Mas’ud. Dan orang yang pertama kali membaca dari lubuk hatinya adalah Abdullah bin Mas’ud.
Sesungguhnya Rasulullah pernah berjalan dengan Ibnu Mas’ud, sedang Ibnu Mas’ud membaca ayat satu huruf-satu huruf. Maka beliau bersabda, “Barang siapa senang membaca Al-Quran dengan cara yang baik (merendahkan diri) sebagaimana diturunkan, maka dengarkanlah bacaan Ibnu Mas’ud.”

Diwasiatkannya  pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membacaal-Quran daripadanya. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa yang ingin hendak mendengar al-quran tepat seperti diturunhan, hendaklah ia mendengarhannya dari Ibnu Ummi ilbdin …!Barangsiapa yang ingin hendak membaca al-quran tepat seperti diturunkan,  hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ;Ibdin …!”

Sungguh, telah lama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyenangi bacaan al-Quran dari mulut Ibnu Mas’ud …. Pada suatu hari ia memanggilnya:
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah..?”
Jawab Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orangiain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa hingga sampai pada firman Allah Ta’ala:

Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka … .!Ketika orang-orang kafir yang mendurhakai Rasul sama berharap   kiranya   mereka   disamaratakan   dengan bumi … . dan mereka tidah dapat merahasiahan pembicaraan dengan Allah ….”     (QS 4 an-Nisa: 41  42)

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tak dapat manahan tangisnya, airmatanya meleleh dan dengan tangannya diisyaratkan kepada Ibnu Mas’ud yangmaksudnya: “Cukup …,cukuplah sudah, hai lbnu Mas’ud …!”

Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas’ud menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya,katanya:
‘”Tidah suatu pun dari al-quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya.Dan tidah seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang Kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik diantaramu!”

Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umarberkata mengenai dirinya:
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-Iimpah’

Dan berkata Abu Musa ai-Asy’ari:
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan.’

Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut memperoleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan.

Berkata Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidah seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud….
Dan orang-orang yang dikenal dari shahabat-shahabat Rasulullah sama mengetahui bahwaputera dari Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah ….!”

Kedua kaki Ibnu Mas’ud lebih berat dari gunung Uhud dalam timbangan hari kiamat. Dari Ali, ia berkata, Rasulullah menyuruh Ibnu Mas’ud memanjat pohon untuk mengambil sesuatu. Maka tatkala para sahabat melihat dua betisnya yang kecil, mereka tertawa. Kemudian Rasulullah bersabda, “Apa yang kamu tertawakan ? Sungguh kaki Abdullah lebih berat dari pada Gunung Uhud pada hari kiamat.” (HR.Ahmad)

Beliau adalah pembawa siwak dan kedua sandal Rasulullah. Ia adalah sahabat yang membangunkan Rasulullah tatkala tidur dan mengambilkan wudhunya. Semua ini ia lakukan waktu safar. Dan beliau, Abdullah bin Mas’ud mendengar tasbihnya makanan.

Ia adalah orang yang pertama kali mengumandangkan Al-Quran dengan suara merdu.

Di kemudian hari setelah masuk Islam, ia tampil di depan majelis para bangsawan di sisi Ka’bah, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lalu berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan wahyu Ilahi Al-Quranul Karim:
“Bismillahirrahmaanirrahiim…
Allah yang Maha Rahman…
Yang telah mengajarkan Al-Quran…
Menciptakan insan…
Dan menyampaikan padanya penjelasan…
Matahari dan bulan beredar menurut…
Perhitungan…
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama…
Sujud kepada Tuhan…”

Lalu di lanjutkannya bacaanya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga mereka… dan tak tergambar dalam fikiran mereka bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan mereka…, tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka, dan pengembala kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy… yaitu Abdullah bin Mas’ud, seorang yang miskin yang hina dina…!

Marilah kita dengan keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan menakjubkan itu! Orang itu tiada lain dari Zubair ra katanya:
“Yang mula-mula mendaras Al-Quran di Mekah setelah Rasulullah SAW adalah Abdullah bin Mas’ud ra, pada suatu hari para sahabat Rasulullah SAW berkumpul, kata mereka, “Demi Allah orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikitpun Al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka. Nah, siapa diantara kita yang bersedia mendengarkannya kepada mereka…?”

Maka kata Abdullah bin Mas’ud, “Saya.” Kata mereka, “Kami khawatir akan keselamatan dirimu! Yang kami inginkan adalah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankan dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat…” “Biarkanlah saya!”kata Abdullah bin Mas’ud pula, “Allah pasti membela.”
Maka datanglah Abdullah bin Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu Dhuha, yakni ketika mereka berada di balai pertemuannya… Ia berdiri di panggung lalu membaca “Bismillahirrahmaanirrahiimi” dan dengan mengeraskannya suaranya; Arrahman…’allamal Quran…

Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya sesamanya, “Apa yang di baca oleh anak si Ummu’Abdin itu…? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”

Mereka bangkit mendatanginya dan memukulinya, sedang Abdullah bin Mas’ud membacanya sampai batas yang dikehendaki Allah… Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak belur ia kembali kapada para sahabat. Kata mereka, “Inilah yang kami khawatirkan tentang dirimu…!” Ujar Abdullah bin Mas’ud, “Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat yang sama esok hari…!” Ujar mereka, “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”

Keberanian Beliau
Abdullah bin Mas’ud masuk Islam sebelum masuknya Rasulullah ke Darul Arqam. Ia ikut perang Badar, Uhud, Khandaq dan perang lainnya. Semuanya dilakukan bersama Rasulullah. Pada perang Badar Rasulullah bersabda, “siapa yang mau datang kepadaku dengan membawa kabar Abu Jahal?” Maka Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Saya ya Rasulullah.” : lantas ia pergi. tiba-tiba dijumpai dua anak ‘Afra’ telah memukul abu Jahal sehingga pingsan. Kemudian Abdullah menginjak leher Abu Jahal dengan kakinya dan ditebasnya kepala Abu Jahal. Kepala Abu Jahal kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah dan Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Ya Rasulullah inilah kepala Abu Jahal.’
Maka Rasulullah bersabda,
“Allah yang tiada ilah kecuali Dia (3x). kemudian beliau melanjutkan, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang telah benar janji-Nya dan telah menolong Hamba-Nya, serta mengalahkan golongan-golongan.” (Fathul Bari dan Zadul Ma’ad)

Wafatnya
Abdullah bin Mas’ud masih hidup hingga masa khilafah Utsman bin Affan ra. Saat ia mendekati ajalnya, Utsman menjenguknya lalu bertanya, “Apa yang kau keluhkan?” Ia menjawab: “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya: “Apa yang kau inginkan?” Ia menjawab: “Rahmat Tuhanku.” Utsman bertanya: “Apakah engkau menginginkan jatahmu yang selalu kau tolak sejak bertahun-tahun lalu?”“Aku tidak memerlukannya.” Utsman berkata: “Itu akan bermanfaat bagi putri-putrimu sepeninggalmu nanti” Ia berkata, “Apakah engkau khawatir anak-anakku menjadi faqir? Aku telah memerintahkan mereka untuk membaca surat Al-Waqiah setiap malam. Aku pernah mendengar sabda Rasul SAW: ‘Siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan terkena kefakiran untuk selamanya.” Ia menjawab:
Beliau Wafat di Madinah pada tahun 32 H , dalam usia 60 tahun lebih. Jenazahnya dishalatkan oleh ribuan kaum muslimin; termasuk didalamnya Zubair bin Awwam, Ammar bin Yasir. Beliau kembali kepangkuan Ilahi. Lisannya basah dengan zikir kepada Allah. Pada malam wafatnya, ia langsung dimakamkan di Baqi’ sebuah pekuburan di Madinah Al-Munawwarah. Semoga Allah meridhainya dan merahmatinya.
Aamiin Ya Rabb

  Rabu, 03 April 2013   0 komentar

Ahad kemarin setelah agenda makan-makan (agenda makan-makan selalu menyengkan yah? heuu...) di Resto Bobara khas Manado [Resto Muslim dan halal insya Allah, dan tentang halal ini sebenernya adalah poin penting yang perlu dicermati sebelum makanan itu masuk ke saluran cerna. Spakat?! :) ], aku dan Ega telah membuat kesepakatan untuk menjelajahi museum Prasasti di hari Rabu. Dan hari Rabu itu, akhirnya rencana kami itu terwujud meskipun hujan mengguuyur tiada henti-hentinya (kalo pun jeda, paling skitar 15 menit dan itupun masih rada-rada gerimis gitu) dari jam 3 dini hari hingga ke sekitar maghrib. Aku sebenernya sudah mulai agak 'mundur' melihat hujan mengguyur karena bepergian ketika hujan itu agak repot bagi aku, kecuali memang amat sangat terpaksa. Heheuu... Soalnya mengingat kaos kaki yang pasti akan basah dan berlama-lama dengan kaos kaki yang basah itu sesuatu yang tidak begitu menyenangkan bagiku. Hihi. Tapi, Ega semangatnya luar biasa tak terbendungkan. Akhirnya, apapun rintangannya teteeup berangkat ke Museum prasasti. Dan akhirnya, jam 9.30-an kita berangkat dari stasiun Pocin.

Pada mulanya, aku membayangkan museum itu adalah sesuatu bangunan yang memuat benda-benda tertentu, dipajang, trus diliatin. Atau, setidaknya ada semacam ukiran-ukiran bersejarah yang memuat cerita jaman dulu, tergantung museum apa itu. Ketika aku tanya Ega, dan aku baru nanyain ketika kita udah di Bajaj menuju museum kalo tidak salah (aku lupa persisnya. Intinya adalah ketika kita mau nyampe di museumnya), dan Ega dengan santai menjawab, "Bukan, tapi kuburan."
"Hah? Kuburaaaan??? Masya Allah... Ckckck... Glek." Aku aseli bengong. "Jadi kuburan tho?! Museum yang isinya kuburan semuaaa?" Tuing...tuing....

Well, museum itu ternyata memang benar-benar kuburan.  Di hari Rabu itu, pengunjung 'kuburan' ehh Museum itu hanyalah kami berdua. Sepanjang kami berada di sana, tak ada pengunjung lain selain kami. Haha, hujan-hujan, cuma berdua, di kuburan. Heheuu... Kuburan jadul-dul-dul di mana dulunya sempat menjadi tempat pemakaman umum untuk bangsawan penjajah ketika Jakarta masih bernama Batavia. Dan satu-satunya yang kemudian membuatku menjadi tertarik adalah logo-logo illuminati dan freemansory yang bertebaran di sana. Dan ternyata misi Ega juga adalah mencermati logo-logo illuminati dan simbol-simbol freemansory itu. Di sana juga terdapat makam Soe Hok Gie yang meninggal 16 Desember 1969 yang konon kabarnya dalam pendakiannya untuk merayakan ultahnya. Di antara kuburan-kuburan itu, juga terdapat model tugu yang juga adalah simbol 'mereka' dan bahkan Mon*s yang menjadi icon kota Jakarta sekalipun ternyata juga adalah sebuah simbol y*hudi juga. Coba perhatikan, di belakang Ega (karena aku cuma punya 2 file foto dan tidak punya foto yg tanpa ada orangnya, heheuu, jadi terpaksa aplod yang ini, dengan penge-blur-an wajah. Hehe) ada semacam tugu gitu kan. Di beberapa kuburan lainnya aku lihat juga gitu, tugu yang mirip M*nas. Kuburannya bukan juga persegi yang panjang kali lebar gitu tapi cuma tugunya aja atau cuma kaya patung gitu doang (lihat di sebelah tugu dan sebelahnya lagi).

Kuburan dan simbol-simbol
Jadi, petualangan kami ke kuburan ehh museum kali ini sebenarnya cukup memberikan input bagiku. Ya setidaknya lebih aware dengan simbol-simbol tertentu. Agar tidak meng-amin-kan dan latah ikut-ikutan. Sesungguhnya, di balik semua yang beredar di kehidupan kita, ada banyak sekali 'rencana-rencana mereka' yang mungkin kita tak tahu atau tak sadar itu. Tidak seperti saudara-saudara di Palestina yang dimusuhi secara terang-terangan, kepada kita diberlakukan cara-cara yang halus yang kita sendiri tak menyadarinya. Generasi muda yang semestinya adalah iron stock dan agent of change saat ini justru malah lebih berbangga dengan budaya yang kebarat-baratan dan bahkan berbangga ketika melanggar aturan agama dengan dalih mode dan gaya penuh kemasa-kinian.

Ya, setidaknya, ini menjadi alarm sebagai warning bagi kita, untuk mempersiapkan generasi-generasi yang baik, di mulai dari rumah, di mulai dari lingkungan mikro (keluarga) yang membentuknya. Sungguh, segalanya perlu dipersiapkan. Jika untuk menjadi apoteker penanggung jawab apotek, atau untuk mendiagnosa pasien, atau untuk mengajarkan kepada murid atau untuk menjadi akuntan di suatu instansi, ataupun untuk mendesain suatu bangunan, atau membangun sebuah jaringan telekomunikasi, atau menengahi permasalahan hukum, atau merancang suatu strategi politis, atau pun untuk bisa mencabuti gigi yang berlubang sekali pun, dibutuhkan sekolah, dibutuhkan jenjang pendidikan, dan pembelajaran yang panjang, apalagi untuk mempersiapkan sebuah generasi Rabbani! Apalagi untuk sebuah cita-cita membangun sebuah peradaban dan menciptakan batu batanya. Sungguh, ini lebih butuh untuk di-ilmu-i di samping ilmu-ilmu profesional kita pada sepsialisasi-spesialisasi tertentu. Tak peduli apa latar belakang kita, apakah seorang apoteker, dokter, ekonom, politisi, ahli hukum, guru, engineer, arsitek, designer; mempelajari ilmu untuk mempersiapkan batu bata peradaban tetaplah harus berada pada jajaran yang diprioritaskan.

Ini mungkin sedikit oleh-oleh dari kuburan eehh museum prasasti. Smoga lebih memicu semangatku untuk cepet-cepet lulus kuliah (lohh?? gak ada hubungannya. Hehe. Tapi ini sudah jadi targetku lohh, cepet-cepet lulus, semoga Allah mudahkan. Aamiin), dan yang terpenting, menjadi motivasi bagiku (semoga juga bagimu) untuk mempersiapkan generasi peradaban yang mulia, yang tidak latah ikut-ikutan kemasakinian tanpa mengerti maknanya. Generasi yang teguh. Generasi yang memperjuangkan diin ini. Generasi shalih, insya Allah. Semoga. Semoga. Kita menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan itu. Smoga Allah berikan keistiqomahan pada diri kita. Saling berpesan dan mengingatkanlah (untuk kesekian kalinya, tolong ingatkanlah aku), jika ada di antara kita yang sedang lemah, sedang tidak bersemangat.

Hayooo Semangaaaatt!
Mannajah...
:)

    0 komentar


Cemburu...
Yah...., aku sangat cemburu!

Bolehkah??

Suatu hari..., aku berjumpa dengannya...
Sosok yang telah membuatku benar2 cemburu luar biasa!

Ia  terlihat sederhana saja.
Dengan gayanya yang khas, ia berjalan, ia berlari, ia tertawa, ia tersenyum...
semuanya.

Seorang anak laki-laki itu, membuatku benar2 sangat cemburu...

Umurnya baru 15 tahun...
Baru 15 tahun saja,
Namun...

Masya Allah...
Hafalannya luar biasa...
Ia, baru tamat kelas 3 SMP...
Namun,...


Kau boleh percaya atau tidak, di jaman yang semakin edan ini...
aku berjumpa dengan sosok sederhana namun luar biasa itu...

baru 15 tahun,
baru kelas 3 SMP...
Tapi, ia telah menyelesaikan 28 juz hafalannya!

Aku cemburu!
Sangat cemburu!!!

Aku, yang di usia nyaris 23 tahun..., malah tidak bisa apa-apa...
Aku..yang...
Arrgggghh...., Tiba-tiba aku merasa sangat malu pada usiaku...
Pada begitu banyak kesia-siaan yang telah kulakukan...

Tapi, setidaknyaa...
Aku bahagia karena masih merasakan cemburu...

Semoga cemburu ini memberikan energi lebih bagiku..
karena cemburu....adalah cinta.....

    0 komentar


  Selasa, 02 April 2013   0 komentar

Jika kau mengerti apa itu gamang,
maka itulah aku. . .
Jika kau mengerti apa itu ketakutan,
maka itu juga aku. . .
Jika kau mengerti apa itu kesedihan,
itu pun adalah aku. . .

Ah, gamang, ketakutan, dan juga kesedihan. . .
Tiga formulasi rasa pada wajan kehidupan. . .--mungkin saat ini, dan juga di banyak saat-saat lain yang telah berlalu. . .
Banyak orang, justru memaparkan bahagianya,--sebagaimana tak sedikit juga yang mengisahkan kesedihannya. . .
Dan aku di antara itu. . .

Sepengecut-pengecutnya aku adalah,
ketika aku berusaha untuk lari, menghindar,
berpura-pura berwajah datar,--seperti tak pernah terjadi apa-apa. . .
berselindung di balik, "halaaaah, nanti juga jadi. . ."
tapi, jika saja kau tahu bagaimana kecamuknya, di sini, di dalam sini. . .
apalagi setiap menatap kereta-kereta penuh senyum sumringah itu melewatiku. . .

tapi,
jika kau dihadapkan pada dua pilihan,
pertama terang, namun ujungnya adalah jurang
dan kelabu, namun kau tahu, pasti ada wewangi bebungaan di balik kelabu itu,
pasti kau pilih kelabu namun penuh wangi bunga, bukan?

jika di balik kelabu, pasti ada wewangi sang bunga,
mungkin tak lagi perlu ada gamang, ketakutan dan kesedihan. . .
karena satu hal saja, TAKDIR-Nya Pastilah Seindah-indah takdir. . .


#CatatanERRORsetelahujianTAFSIR. . . Hehe
#Bahkanakupuntakmengertidenganapayangsedangakuceracaukan. . . --> haha, labil!

    0 komentar


    0 komentar


Apa? Si Coloumbus eeh, si Coloumb bergaya? Ahaha! Bukaaan…bukaaaan! Ini mah salah satu plajaran SMA! Iya! Plajaran fisika! Kali ini aku nak ngajak puan dan tuan bernostalgila bernostalgia ke masa-masa SMA itu… (kalo kata sebuah lagu,” ….tiada masa paling Indaaah, masa-masa di SMA…”. Hmm…, buat kali ini aku spakat dah sama itu lagu. Hihi). Tapi…tapi…, konon kabarnya, fisika itu plajaran paling serem yah? Paling rumit dan paling sulit? Aaaah, gak juga! (halaaaaah, gaya cuy! Padahal, dulu juga sempet pusing tujuh keliling kalo udah fisika! Hihi).

Kamu, masih ingat rumusnya gaya Coloumb dalam suatu medan magnet? Jika kamu bukan mahasiswa jurusan fisika or sebagian dari jurusan teknik, atau pengajar fisika, kurasa kamu sudah lupa!! Hihi, cuujon duluan!! Tapiiii, caution! Belajar fisika, kalo Cuma sekedar tau rumus doang, paling-paling bertahan di otak kirinya yah Cuma sebentar tho! Ngafal rumus? Aaaah, paling tahannya juga Cuma sebentar saja. Paling, nanti juga kebalik-balik. Naaah, jurus jitu memahami rumus fisika adalah mengetahui asholah (asholah?? Hihihi), mengetahui keaslian rumus itu datangnya dari mana. Jadi, kalau sudah tau asholahnya dari mana, baru deeh, bisa paham rumusnya. Kalo udah gini, insya Allah, terekam dalam memory jangka panjang! Critanya, skarang ini, bagaimana mengotak-kanankan segalasesuatu yang ngotak kiri. Hihi. (pake otak tengah ajah gih!).

Hayoooo, masih ingat tak? Oke deeh, ta’ kasi bocoran ajah! Gaya coloumb dalam suatu muatan medan magnet adalah…



Nah, di sana, F adalah Gaya Coumb (kuatnya medan magnet), k atadah konstanta yang sampai dunia kiamat pun takkan berubah angkanya, hihi. q1 adalah muatan magnet 1 dan q2 adalah muatan magnet 2. Sedangkan r adalah jarak antara kedua magnet tersebut. Dari si rumus, dapat diambil kesimpulan bahwa, besarnya atau kuatnya medan magnet berbanding lurus dengan muatan yang dimiliki oleh masing-masing magnet dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua magnet tersebut.
Jadiiii, semakin besar muatan yang dimiliki akan semakin besar kekuatan medan magnetnya dan semakin kecil jarak, semakin besar juga kekuatan medan magnitnya. Begitu pula sebaliknya.

Lalu? Apa hubungannya?!
Hmm begini teman, rumus di atas adalah rumus ukhuwah kita! Iya! Rumus ukhuwah!

Kita bisa menganalogikan kuatnya medan magnet itu adalah kekuatan ukhuwah kita, lalu muatan itu adalah muatan iman dari diri kita, dan jarak antara keduanya adalah kedekatan hati kita dengan saudara kita.

Belajar dari rumus tersebut, maka, kuat atau tidaknya ukhuwah itu berbanding lurus dengan muatan iman kita dan saudara kita, dan berbanding terbalik dengan kedekatan hati kita. Semakin kecil jarak, artinya semakin dekat hati kita, maka makin kuatlah medan magnit ukhuwah kita. Pun demikian halnya, semakin besar muatan iman, semakin besar pula kekuatan ukhuwah itu. Hei, bukankah persaudaraan yang paling terindah dan paling kokoh itu adalah bersaudara dalam keimanan? Coba saja, jika iman lagi ngedrop, permasalahan ukhuwah akan lebih mencuat. Pun demikian halnya, jika tak ada kedekatan hati. Ukhuwah pun, dipertanyakan.

Hmm…ukhuwah berikut dinamikanya! Bagaimana pun, ukhuwah adalah suatu anugrah terindah dari Allah. Bayangkanlah, ketika diri kita tiada punya ikatan nasab apapun, tapi kemudian Allah hadirkan rasa cinta, ada kebersamaan, dan ada saling menanggung beban. Masya Allah, sungguh indahnya. Maka, tiadalah yang lebih baik untuk dilakukan dalam meningkatkan kuatnya medan ukhuwah melainkan meningkatkan muatan diri dan memperkecil jarak hati kita…

  Senin, 01 April 2013   0 komentar

Assalaamu'alaykum Bloggie Saiaaank...
Dengan dipenuhi rasa bersalah, akhirnya aku mencoba kembali menulisimu...
Huwaaaah, bloggieee, rasanya beberapa bulan terakhir ini mandeg bangeeet akuuuh... Tolooong....
Bahkan ketika koneksi internet lancar-lancar sahaja, aku justru tak bisa menuliskannyaaa....
Hwaaaa, sekali lagi, toloooooooooong... :)

Hehe,,,
Tapi, sudahlah Bloggie...
Aku hanya sedang menikmati menjadi aku yang sekarang (jadi, aku yg dulu bagemana? ihihi...).
Aku yang sekarang, tentu tak lagi sama dengan aku yang dulu. Setelah sempat terpuruk...lalu bangkit....terpuruk lagi....dan sekarang bangkit lagi! (hayoo, semangattt wahai diriku!).
Banyak dari kisah-kisah perjalanan yang luput dai catatan...
Tapi biarlah, setidaknya aku juga sedang belajar hal yang lain. Hee...



Uhmm, Bloggie, mau dengar curhat tak penting dariku tidak?
Tak penting sebenarnya untuk kutuliskan di sini sih...
(Aha, akhir-akhir ini mengapa aku jarang menulis, salah satu sebabnya adalah aku perlu menimbang-nimbang kelayakan sebuah tulisan di blog, sesuatu yang dulu jarang kupertimbangkan. JIka pengin, ya kutuliskan saja. Nyatanya, meskipun sudah pake quality assurance sekalipun, teteup sahaja kebanyakan isinya malah ngalor ngidul sahaja. Heuu..heuu...)
Lagi-lagi, sudahlah....
Aku tak ingin menjadi siapapun. Karena memang begitu adanya, ya sudah aku menjadi diriku apa adanya sahaja dah. Biarpun ngalor ngidul, yang penting nuliss (hihi, semakin g mutu aje nih, Bie. hihi...)

Uhmm,,,bloggie, mau denger curhat diriku tidak?
[Bloggie menjawab : dari tadi mau denger mulu siiiihh? curhatnya apaaaaa???]
Aku : ahaha, ternyata aku juga tak bisa curhat niih...
[Bloggie menjawab : hadeeehhh, kamu gimana sih bi?"
Aku : entahlah, aku pun sedang bingung dengan diriku saat ini...hihihi
[Bloggie menjawab : @#$%^&(((&^%$#@]
Aku : G usah lebay gituh deh Bloggie, baiklah aku akan ceritaaaa...
[Bloggie : syapa jugak yang lebay! Kamuu kaleeee...]
Aku : iya...iya...iyaa, ngaku deeeh...
[Bloggie menjawab : herraan deh, makin 23 makin geje ajah kamu]
Aku : hahaha, justru itu aku makin galau
[Bloggie menjawab : galau detected, heemm....*berpikir]
Aku : halaaaah, jangan soksok mikir gituh deh say, mari kita nikmati sahaja perburuan iniiih
[Bloggie menjawab : aiihhh, kamu makin geje deh]
Aku : haha, biariiin :p
[Bloggie menjawab : jadiii, apa curhatmu kali ini, bie?]
Aku : uhmm...uhmm...uhmm....
[Bloggie menjawab : uhm...uhm...? Itu kamu lagi kenak flu yah? hihihi]
Aku : baiklah....baiklah....baiklah....Ada satu hal yang begitu berat bagiku Bloggie.
[Bloggie menjawab : apa ituhh? liver dekompensata lagikah? hihi :D]
Aku : aaahh, bukaaaaaan. Ngapain juga liver dekompensata...hehehe...ini tentang...hemm..ini tentang....estimate...
[Bloggie menjawab : estimate??]
Aku : iyeee, ape suara aye kurang jelas????
[Bloggie menjawab : halaaah, gituh ajah mlotot. Serem tauk!]
Aku : iye..iyee...maap..maap... :D
[Bloggie menjawab : lalu ada apa dg esimate?]
Aku : masi inget kata-katanya Abu Bakar Siddiq, RA g?
[Bloggie menjawab : tentang apah?]
Aku : aku juga lupa sihh, redaksinya bagemana. Intinya begini beliau berdo'a agar bliau dilebihkan dari pada apa yang orang estimasikan terhadap beliau. Masya Allah, sosok mulia seperti abubakar saja demikian, Bloggie... Bagaimana dengan diriku?? Masya Allah...

Sungguh Bloggie, kadang aku lebih senang di-under estimate-kan....
Itu lebih nyaman bagi diriku kurasa....

Ah, tapi ini hanya postingan galau saja Bloggie...
kapan2 qta bahas soal estimate ini lagi yahh... :)
Categories: Catatan Labil

    0 komentar

Hari ini ada kisah yang menurutku cukup bikin geli dan juga bikin agak panik. Hehe. Tadi sebelum berangkat ke rumah guru ngaji buat agenda mingguan, aku lupa menyiapkan dompet. Sebenarnya aku cukup yakin akan keberadaannya di tas sehingga aku tak mempersiapkannya lagi. Ya, intinya aku tidak memeriksa ulang isi tasku itu dan merasa yakin bahwa aku sudah meletakan dompet di dalam tas. Nah, di depan boulevard aku naik ojek bapak-bapak tua yang baik hati dan penyabar yang sudah memutih rambutnya di balik helm kuning yang ada logo kampusnya. Hehe. Meskipun aku sesungguhnya tidak terlalu menyukai naik ojek kecuali dalam keadan terpaksa, tapi di hari ahad, itulah satu-satunya kendaraan yang available. Apa boleh buat. Kalau harus jalan kaki, itu akan menghabiskan banyak waktu karena jauh. Kalau naik angkot, itu memakan waktu lebih lama (bisa sampai setengah jam lebih) karena harus 2x ganti angkot sementara ini sudah hampir telat. Waktu hanya tersisa 15 menit lagi dari jadwal yang seharusnya. Jadi memang inilah jalan satu-satunya. Hee....

Nah, ketika sampai di tempat tujuan (pangkalan ojeknya) karena biasanya aku melanjutkan dengan jalan kaki setelahnya, aku obrak abrik seisi tas, tapi tak ada dompetnya! Masya Allah, ke mana ituuh dompet? Kemungkinan besar ketinggalan di kosan. Waduuhhh.... Udah diubeg-ubeg pun sak tas-tasnya, cuma ketemu 700 rupiah doang. Mana cukup! Ongkos ojeknya 5000. Waduuhh. Mulai deh aku rada-rada panik. Alhamdulillaah, bapak ojeknya sabaaarr banget dan ndak marahin aku di hadapan orang banyak. Beliau menunggu solusinya sambil memarkir motornya, Aku coba telpon temen yang tadi hampir barengan berangkatnya, tapi ndak keangkat. Ndak kedengaran mungkin. Waduuhhh... Aku memutar akal. Bagemana iniiihhh?? Tiba-tiba aku ingat, deket situ ada kosan temen seangkatan. Lalu kutelpon dia, buat membantu memecahkan masalah ini. Hehe. Akhirnya, aku dan bapak ojek tua menuju kosan temenku itu dan akhirnya masalah pembayaran ojek pun terselesaikan. Smoga Allah balasi kebaikan temanku itu dengan kebaikan yang banyak. Aamiin...

Aku hanya ingin berbagi pelajaran dari kisah ini, yang semoga mengingatkan diriku terutama dan juga dirimu semua yang secara tak sengaja mungkin ngebaca ini. Hehe.

Ada pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas. Tentang pentingnya menyiapkan segala sesuatu sebelum kita menghadapi sesuatu. Ya, misalnya, contoh kecilnya, menyiapkan dompet sebelum berangkat. Kadang, justru hal kecil yang terkesan sepele inilah yang akan mengakibatkan hal besar bagi diri kita di kemudian hari. Apalagi untuk perbekalan menuju akhirat nanti. Kadang, mungkin kita abai menyiapkannya dan lena dengan kehidupan dunia yang penuh gemerlap ini. Jika kita tak mempersiapkannya, maka apa yang akan menjadi peneman kita nantinya? <-- peringatan untuk diri sendiri nih,

Jika perbekalan dunia, mulai dari hal-hal yang sepele ini tidak kita siapkan, akan menuai kesulitan di kemudiannya, apalagi untuk perkara yang besar! Tentang hari di mana penyesalan tiada lagi berguna. Ketika segalanya sudah diputuskan dan amal perbuatan dibalaskan. Di dunia ini, mungkin kita masih menjumpai solusi sebagai mana pertolongan yang diberikan temanku tadi. Di dunia ini, kita mungkin masih bisa meminta bantuan orang lain. Dan penyesalan kita mungkin takkan seberapa. Di dunia ini mungkin kita masih dapat permakluman semisal bapak tua ojekers yang tidak menuntut dan memarahi. Lantas, bagaimana dengan penyesalan kita di akhirat nanti ketika kita tak menyiapkan bekal, sementara tak ada lagi penolong diri kita selain perbekalan amalan yang kita siapkan? Di saat kita tak dapat bermohon dan meminta permakluman atas kelalaian dan taidanya bekal kita. Di saat azzam dan janji kita untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya jika kita dikembalikan ke dunia tak ada lagi gunanya. Di saat hanya amal shalih sajalah yang akan menjadi peneman kita? Akankah kita menuai penyesalan panjang? Na'udzubillaah tsumma na'udzubillaah.

Smoga ini semua menjadi pengingat bagi diriku terutama. Smoga juga bagimu. Ingatkanlah di kala aku tersalah. Smoga kita semua diberikan hidayah oleh-Nya untuk terus meng-up grade diri kita, keimanan kita, menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga. Ingatkan aku yaaahh :)

  Sabtu, 30 Maret 2013   0 komentar

Mungkin, cuap-cuap aku kali ini bakalan menimbulkan sesuatu yang kontroversi. Tapi biarlah. Aku hanya sedang memaparkan pengamatanku. Ya, dari satu sudut pandang saja. Mungkin kamu punya pandangan yang berbeda. Semacam orang buta yang mendeskripsikan bagaimana bentuk gajah, yang amat sangat tergantung pada bagian mana dia menyentuhnya. Hehehe... :D

Setiap kali naik kereta, satu hal yang menurutku sangat menarik adalah soal pilihan. Pilihan akan masuk gerbong manakah. Sebagian teman perempuan berkata, "Halaahh, ngapain sih ke gerbong wanita. Wanita lebih egois. Tidak mau berbagi tempat duduk. Pokonya, ego antar perempuan itu rada-rada sengit gituh!"
Okeh, itu pendapat sebagian wanita. Tapi realitanya? Hemm... *mikir

Aku mendapati beberapa kali nyasar di gerbong campur, karena mengejar keretaaa dari loket tiket stasiun Cikini, naek tangga trus dengan segera memasuki pintu terdekaat dengan ngos-ngosan. Dan otomatis, itu bukan gerbong wanita, karena posisinya di tengah, bukan gerbong paling depan atau belakang. Nah, saat berpindah gerbong (dalam perjalanan menuju gerbong wanita), aku menyaksikan pemandangan yang cukup memilukan. Ada seorang ibu, menggendong bayi, plus satu lagi balita lagi bersusah payah mempertahankan diri sekaligus mempertahankan anaknya agar tetap stabil, sedang ia berdiri di depan kursi prioritas (kursi prioritas jelas-jelas diperuntukkan bagi : wanita hamil, wanita membawa ana dan balita, lansia dan orang dg handycap). Dan di kursi prioritas itu duduk dengan antengnya bapak-bapak yang so pasti masih muda dan kuat untuk berdiri, tidak membawa anak. Masya Allah. Itu kursi kan bukan hak dia, dan ada yang lebih berhak atas kursi prioritas itu. Apakah dia tidak berpikir dan sedikit berempati, jika wanita itu adalah istri dan anaknya???

Masih dengan kondisi yang sama, tidak dapat gerbong wanita karena injury time mengejar kereta, aku kala itu juga di gerbong campur. Dan di beberapa stasiun setelah Cikini (Tebet kalo tidak salah), naiklah seorang nenek-nenek dengan seorang anak (sepertinya cucunya), juga berdiri di depan kursi prioritas. Tapi si bapak-bapak yang lagi duduk malaah (pura-pura) tidur. Cueeeekk ajaahh tuuuh. Padahal, sekali lagi itu kursi bukan hak dia!

Coba bedakan dengan ini.
Saat ada wanita hamil atau wanita menggendong balita, biasanya langsung ada koor dari ibu-ibu, "Kasi duduk tuuh... Kasih duduk. Kasihan." Selalu saja ada ibu-ibu yang bertindak begini. "Ayo maju ajah Mbak, tukeran tuh ama yang nda lagi bawa anak, ama yg nda lagi hamil. Kasihan niiih."
Nahh, menurutmu, bagaimana? Menurutku, mungkin karena wanita itu lebih mengerti, karena mungkin mereka pernah berada di posisi yang sama. Karena mereka (menurutku) lebih berempati.

Sebenarnya ini tak bisa digeneralisir. Masih banyak bapak-bapak yang baik dan banyak juga wanita-wanita yang cuek. Tapi, dari lebih dari 200x (kayaknya lebih deehh, kalo ditotal, hehe) perjalananku menggunakan jasa KRL, sepertinya 80 % aku berjumpa kejadian di atas. Bahwa di gerbong wanita, lebih aman dan lebih safety juga lebih berempati mungkin! Hehe.

Menurut salah satu temanku yang lain yang ogahhhhh banget masuk gerbong campur, laki-laki kadang tidak tenggang rasa sama perempuan. "Udah gitu mereka ituu kan tenaganya pada kuat, jadi kita sering tersikut dan kedorong dan kita pasti bakalan kalah ama mereka soal saingan keluar dari pintu kereta, jadi mending cari aman di gerbong wanita." Begitu katanya. Entahlah. Tidak semua kurasa, karena pasti masih ada orang baik. Tapi, kebanyakan begitu sih mungkin :P soalnya aku juga keseeeel banget, pernah 2x hampir jatuh di peron Manggarai dan satu lagi di peron Cikini gara-gara diserbu gerbongnya ama orang-orang 'brutal'. Kalo ndak dibantuin dan dipegangin pas di peron itu, mungkin aku sudah jatuh ke kolong kereta. Kalo di Cikini kedorong ampe oleng dan ngerasa nggak nginjak peron. Smua kejadian itu sempet bikin tremor dan bikin butuh waktu untuk menenangkan diri. Hihi :D

Jadi, kesimpulannya?
Hehe, tak ada kesimpulan. Aku hanya sedang berbagi cerita saja. Setiap orang mungkin punya cerita dan pendapat berbeda-beda, monggo silahkan saja. Jika salah, silakan dikoreksi saja. Hehe

  Rabu, 27 Maret 2013   0 komentar


Dahulu, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, satu hal yang paling aku takuti adalah GAGAL menjadi peringkat pertama. Aku begitu takut, jika aku tak menduduki posisi itu. Dulu, ketika aku masih sangat kerdil dan begitu sempit memandang kegagalan itu. Tapi, semakin banyaknya aku berjumpa dengan realita, semakin menjejaki langkah, aku mulai harus menjumpai 'kegagalan' menurut kaca mata pemikiranku yang sederhana itu. Banyak sekali.

Aku yang 'paranoid' ketika gagal, justru Allah hadirkan berbagai macam kegagalan. Ya, aku banyak berjumpa dengan kegagalan, menyoal apapun itu. Bukan hanya prestasi akademis yang terbilang cukup prestisius itu, tapi juga kegagalan dalam potongan fragmen lainnya. Menyoal kehidupankah, menyoal hatikah, menyoal apapun itu.

Ya, berdamai dengan segala bentuk kegagalan. Inilah yang menjadi pilihan kemudian. Kemenanganku kali ini adalah ketika aku telah mampu berdamai dengan kegagalan demi kegagalan. Telah bisa tersenyum terhadap kegagalan-kegagalan yang menemani setiap episode perjuangan.

Hari ini...
Kembali aku gagal. Ya, gagal.
Tapi, sungguh, aku ingin berterima kasih pada kegagalan, sebab kegagalanlah yang mengantarkanku untuk terus mencoba. Untuk terus bangkit. Untuk menjulang lebih tinggi. Kegagalan memberiku 'nafas' untuk bangkit, dari segala keterpurukkan. Sesering apa kegagalan menghampiriku, maka itu artinya telah sering pula upaya yang telah dilakukan. Dan, setiap rangkaian proses itu (meski pada akhirnya menemui kegagalan jua), tetap saja meninggalkan begitu banyak pelajaran. Ya, setiap kali gagal, maka setiap kali itu pula, bertambah perbendaharaan pelajaran kehidupan. Itu jauh lebih berharga dari pada sebuah sukses yang cuma-cuma. Bukan terasa manis sebuah kesuksesan, jika tak pernah melewati serangkaian proses pahit. Sebab, manis akan terasa begitu berarti setelah kita rasakan pahit terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa mengatakan sesuatu itu manis sementara kita tak tahu bagaimana rasanya pahit?

Memilih untuk terus mencoba, untuk terus menerus berupaya, meski pun kemudian gagal adalah lebih terhormat dari pada memilih untuk undur diri hanya karena takut akan kegagalan. Memenangkan diri atas kegagalan baru kusadari ternyata adalah sebuah kemenangan, sebelum kita meraih kemenangan dan kesuksesan yang sesungguhnya.

Ya, aku memang gagal...bahkan sering gagal..., tapi, bukan berarti ini adalah akhir dari perjuangan. Karena bagiku hari ini, setiap kegagalan, selalu menyimpan hikmah luar biasa. Dari gagallah kita belajar untuk sukses....
Seribu kemenangan!
Sungguh, ingin kugenggam ia.
Jika bukan hari ini, tak mengapa....
Insya Allah, esok....
Biarkanlah dulu, proses-proses beraneka rasa itu yang kemudian menemaniku menuju 'seribu kemenangan' itu...insya Allah....

TETAP OPTIMIS DAN BERSEMANGAT!
TIDAK BOLEH MENYERAH!

  Minggu, 17 Maret 2013   1 komentar

Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,
namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut
agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita
Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta

Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut
disekitar kita saat ini
Walaupun bukan tidak ada..
barangkali, kita saja yang tidak mengetahui saking rapatnya dikendalikan

Tapi,

kebanyakan justru yang tampak ke permukaan adalah yang justru seharusnya tidak kita contoh

Kekurangan teladan?
Mungkin..

Dan inilah fragmen dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah
tentang membingkai perasaan dan
Bertanggung jawab akan perasaan tersebut
“Bukan janj-janji”


Kisah pertama ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah

chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.
Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi?
Abu Bakr lebih utama,
mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,
namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?
Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak.
Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,
seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu,
’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.
’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.
Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya.
Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar.
Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?
Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?
Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.
Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.
Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,
dalam suatu riwayat dikisahkan
bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Kisah ini disampaikan disini,
bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an
Kisah ini disampaikan
agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah
bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi
dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.

Blogger templates

25. Diberdayakan oleh Blogger.